Corat coret Aja

 
Coretan Ummi
Jejak Sahabat
Jumlah Pengunjung
Mesothelioma
Mesothelioma
Waktu Jakarta
Tetangga
MADU ASLI atau PALSU?
Monday, February 18, 2008


Sering banget kita mendengar dan melihat promosi MADU ASLI. Bagaimana sih sebenarnya mengecek keaslian madu. Ada tidak sih madu palsu?
Berikut tulisan yang saya olah dari catatan teman kuliah saya, Anto Sudjud.


Madu itu semua ASLI karena yang bisa membuatnya hanya LEBAH. Sampai saat ini belum ada yang bisa membuat madu sintetik.

Jadi yang dipertanyakan bukanlah keASLIannya, melainkan keMURNIannya atau kualitasnya.

Mengutip pernyataan Bpk Moch. Candra (Ketua Asosiasi Perlebahan), madu terbaik yang diproduksi di Indonesia kadar airnya berkisar 20%-25%. Padahal standarnya WHO seharusnya maksimal 18%.

Nah,... semakin tinggi kadar air, semakin mudah pula terjadi fermentasi. Belum lagi kalo madunya mengalami proses penyaringan, penjernihan akan kehilangan sekitar 33%-55% kandungan gizinya. Apalagi kalo pemanasan, bisa sampe 85%.

Dengan terjadinya proses fermentasi, maka akan menyebabkan di antaranya timbulnya gas ataupun panas. Dan disinilah terjadinya kesalahan persepsi yang beredar di masyarakat:
1. Madu Asli dibakar pake korek pasti nyala/terbakar
2. Madu Asli tidak dikerubungi semut
3. Madu Asli kalo dimasukan telur, telurnya mateng
4. Madu Asli kalo ditutup rapat-rapat setelah sekian lama akan meletus

Kabar buruknya adalah, itu pembodohan masyarakat. Tetapi, kabar baiknya... ternyata semua itu ada alasannya.

Masih menurut Bpk Moch. Candra yang diperkuat oleh salah seorang ahli perlebahan dari Perhutani yang ternyata juga seorang dosen di Fakultas Kehutanan IPB, hal itu semua disebabkan oleh terlalu TINGGInya kadar air, yang menyebabkan terjadinya fermentasi. Nah sebagai akibat fermentasi adalah:
1. Terbentuknya gas yang apabila dinyalakan korek api sudah barang tentu akan menyambar dan kalo dibiarkan terus menerus dalam keadaan tertutup ya so pasti meletus.
2. Terjadinya panas, sehingga kalau dimasukkan telur ya pasti mateng.

Trus apa hubungannya dengan semut yang tidak mau mengerubungi madu “ASLI”? Jenis gula yang terkandung di dalam madu sesuai hasil analisa kimia sudah jelas yaitu Fruktosa dan Glukosa yaitu merupakan jenis gula monosacharida, berbeda dengan gula pasir (sukrosa) yang merupakan jenis gula disacharida. Selain itu, fermentasi tadi juga menyebabkan rasa asam pada gula yang dikandung oleh madu yang dapat dirasakan oleh semut tapi tidak oleh lidah kita. Nah semut itu tidak suka dengan keasaman, makanya dia tidak mau mendekat.

Selain itu kalo kita mau kembali ke kitab suci kita masing-masing, Al Quran dalam An Nahl 69 dan juga Injil dalam Amsal 24:13 di dalamnya tertulis (yang intinya) MAKANLAH MADU.
Terus apa masalahnya?!? Pertanyaannya adalah kenapa bukan MINUMLAH MADU.
Yang berarti Allah pun sudah mengajarkan kita sebagai hambaNya bahwa madu itu dimakan dan bukan diminum... Jadi artinya tidak terlalu encer kan (Kadar airnya rendah-rendah saja).

Ternyata ada cara unik lho untuk menguji atau mengetes kemurnian/kualitas suatu madu... Siapin piring kalo ada sih yang warnanya bening/putih
Oleskan sesendok madu di tengah-tengah piring (jangan terlalu tebal).
Kemudian masukan air hingga madu tsb agak terendam
Nah... goyang-goyang piringnya sehingga air dalam piring akan menyisir atau menyapu madu yang ada di tengah-tengah piring.
Di sini keajaibannya...... madu yang kualitasnya baik/bagus, akan membentuk heksagonal-heksagonal seperti sarang lebah.

Sedangkan apabila tidak murni (ada tambahan gula dsb.) maka airnya akan berubah menjadi keruh...
Selamat mencoba...

Labels:


baca selengkapnya..
posted by ummina daffawwaz @ 10:37 PM   4 comments
Memuliakan Keluarga Suami
Monday, February 4, 2008
Pernikahan merupakan akad yang tidak saja menyatukan dua orang manusia, melainkan juga menyatukan dua keluarga besar dari masing-masing pihak.

Memuliakan kelurga suami merupakan suatu hal yang penting di antaranya karena:
1. Dari sanalah suami kita dilahirkan dan dibesarkan.
2. Anak-anak kita akan mengambil nasab dari keluarga suami kita.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hubungan dengan keluarga suami, di antaranya:

1. Berbuat Baik Kepada Mertua Sebagaimana Kepada Orang Tua Sendiri
Kita telah mengetahui bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua hukumnya wajib, baik waktu kita masih kecil, remaja atau sudah menikah dan sudah mempunyai anak bahkan saat kita sudah mempunyai cucu. (QS. Al-Isra' : 23-24). Perintah Allah ini berlaku pula pada suami-suami kita, mereka berkewajiban berbuat baik kepada orang tuanya, yaitu mertua kita. Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan tentang lebih ditekankannya berbuat baik pada kedua orang tua pada usia lanjut karena :
a. Keadaaan usia lanjut adalah keadaan di mana keduanya membutuhkan perlakuan yang lebih baik karena keadaannya pada saat itu sangat lemah.
b. Semakin tua usia orang tua berarti semakin lama orang tua bersama anak. Hal ini dapat menyebabkan 'Si Anak' merasa berat sehingga dikhawatirkan akan berkurang berbuat baiknya, karena segala sesuatunya diurusi oleh anak dan keluarlah perkataan 'ah' atau membentak atau dengan ucapan, "Orang tua ini menyusahkan" , atau yang lain. Apalagi apabila orang tuanya sudah pikun, akan membuat anak mudah marah atau benci kepadanya. Banyak sekali hadits-hadits yang menyebutkan tentang ruginya seseorang yang tidak berbakti kepada kedua orang tua pada waktu orang tua masih berada di sisi kita. "Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW beliau bersabda, "Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk syurga" [HR Muslim & Ahmad] "Nabi SAW naik ke atas mimbar kemudian berkata, "Amin, amin, amin". Para sahabat bertanya. "Kenapa engkau berkata 'Amin, amin, amin, Ya Rasulullah?" Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Telah datang malaikat Jibril dan ia berkata : 'Hai Muhammad celaka seseorang yang jika disebut nama engkau namun dia tidak bershalawat kepadamu dan katakanlah amin!' maka kukatakan, 'Amin', kemudian Jibril berkata lagi, 'Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah amin!', maka aku berkata : 'Amin'. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata lagi. 'Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga dan katakanlah amin!' maka kukatakan, 'Amin".[HR.Bukhari] Jangan sampai kita menghalangi suami-suami kita dari mendapatkan syurga dengan memberatkan jalannya untuk berbakti kepada kedua orang tuanya karena Rasulullah SAW menjelaskan bahwa keberadaan kedua orang tua yang berusia lanjut itu adalah kesempatan paling baik untuk mendapatkan pahala dari Allah, dimudahkan rizki dan jembatan emas menuju surga. Karena itu sungguh rugi jika seorang anak menyia-nyiakan kesempatan yang paling berharga ini dengan mengabaikan hak-hak orang tuanya dan dengan sebab itu dia tidak masuk surga.

2. Mengetahui dan Memahami Sifat dan Karakter Mertua dan Kelurga Besarnya
Sebagai menantu kita harus mengetahui sifat-sifat dan karakter mertua kita. Hal itu penting agar kita bisa lebih memahami mertua, sehingga bisa mengerti dan menyikapi dengan bijaksana terhadap berbagai sikap dan tingkah laku mertua. Untuk mengetahui sifat dan karakter mereka, kita bisa menggali informasi dari anak-anaknya, termasuk suami kita sendiri. Selain itu juga melalui pengamatan kita sehari-hari. Dengan memahami sifat dan karakter mertua, diharapkan kita juga bisa lebih luwes dalam bersikap terhadap mereka. Jika mertua bersifat lemah lembut dan sensitif, maka kita pun harus pandai-pandai dalam menghadapinya, agar tidak mudah tersinggung dengan sikap, ucapan dan tingkah laku kita. Jika ternyata mertua bersifat keras dan temperamental, maka selayaknya kita bersabar, dan tidak mudah tersinggung atas segala ucapan dan tindakannya. Tetaplah menghadapinya dengan sopan dan lemah lembut, insyaallah lama kelamaan mertua pun akan menaruh simpati pada kita.
Berkaitan dengan keluarga besarnya, kita juga harus memahami bahwa mereka merupakan keluarga yang memiliki perbedaan dengan keluarga kita. Ada hal-hal yang terkadang tidak bisa kita terima dalam budaya keluarga kita, namun di keluarga suami kita hal itu merupakan suatu kewajaran. Misalnya kebiasaan makan bersama, bercakap-cakap, bersenda gurau, dll.

3. Berusaha Menyenangkan Hati Keluarga Suami
Agar kita bisa merasa nyaman hidup berdampingan dengan keluarga suami, maka kita pun harus berusaha membuat mereka merasa nyaman bersama kita.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menyenangkan hati mereka, di antaranya:
- Selalu bermuka manis karena bermuka manis di hadapan sesama muslim adalah sunnah Rasulullah SAW. Bila ini kita usahakan, insya Allah akan bermanfaat positif terhadap kelancaran komunikasi. Raut wajah yang cerah dan murah senyum, akan membuat mertua dan keluarganya merasa lebih nyaman berdekatan dengan menantunya.
- Membantu pekerjaan rumah tangga karena Mertua tentu senang bila memiliki menantu yang rajin membantu pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, menyapu, dan sebagainya.
- Memberi uang bila mampu, usahakan memberikan uang kepada mertua, adik/kakak ipar, keponakan pada moment-moment tertentu. Upayakan agar pemberian dilakukan oleh kita, sebagaimana pemberian kepada keluarga kita diberikan oleh suami kita. Hal ini mempunyai manfaat ganda, yaitu mengakrabkan hubungan menantu dengan keluarga besar dan membiasakan keterbukaan antara suami istri.
- Memberi oleh-oleh dan hadiah terutama jika pulang dari bepergian jauh dan pada hari istimewa seperti Idul Fitri, berikanlah hadiah pada mertua berupa sarung, mukena, atau yang lainnya. Selain untuk menyenangkan hatinya, semua itu kita berikan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kita terhadap keluarga suami kita.

4. Mengakrabi Mertua
Mertua adalah orang tua kita juga. Karena itu, sebisa mungkin kita harus berusaha akrab dengan mereka. Jangan sampai hubungan komunikasi menantu-mertua terasa kaku, apalagi jika tinggal serumah. Bersama-sama menikmati teh hangat di pagi hari sambil membicarakan hal-hal yang menarik, merupakan salah satu kesempatan yang baik untuk mengakrabi mertua. Kalau kita sudah akrab dengan mertua, maka hubungan komunikasi pun akan lebih lancar. Insyaallah, bila kita berniat mendakwahi mereka pun, akan lebih mudah mereka terima.

5. Mengakrabkan Anak-anak dengan Keluarga Suami
Keakraban anak-anak pada masa kecil akan dapat membuat mereka akrab pula pada masa dewasanya, yang akan dapat mengurangi konflik di antara mereka kelak. Pengakraban anak sangat penting dilakukan terutama apabila orang tuanya atau mertua kita belum dapat didekati karena sesuatu hal, seperti kekecewaan pada masa lalu, ketidaksetujuan pada perkawinan, dll. Sebaiknya anak-anak tidak perlu diberitahu mengenai permasalahan yang ada di antara orang tuanya.

6. Menjadikan Mereka Sebagai Salah Satu Prioritas Pemberian ZIS
Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Allah SWT telah berfirman, bahwa ibu bapak dan kaum kerabat merupakan prioritas utama sedekah-sedekah kita.(QS.Al Baqarah:215) (QS. Al Israa : 17)

Labels:


baca selengkapnya..
posted by ummina daffawwaz @ 4:47 AM   0 comments
About Me

Name: ummina daffawwaz
Home:
About Me:
See my complete profile
Previous Post
Archives
Links
Template by

Blogger Templates

BLOGGER