Corat coret Aja

 
Coretan Ummi
Jejak Sahabat
Jumlah Pengunjung
Mesothelioma
Mesothelioma
Waktu Jakarta
Tetangga
Taushiyah Ramadhan
Wednesday, September 26, 2007
Rasulullah pernah bersabda, “Barang siapa bergembira dengan datangnya ramadhan, Allah haramkan jasadnya dari api neraka.”

Kegembiraan seperti apa sehingga yang sanggup membuat Allah haramkan jasad kita dari neraka?

Saya kira bukan kegembiraan yang membuat orang-orang berpesta petasan, ramai-ramai berbelanja, sibuk membuat makanan untuk berbuka ataupun kue-kue lebaran.

Saya membayangkan kegembiraan menyambut ramadhan seperti kegembiraan seorang shopping maniac ketika melihat tulisan “SALE, DISCOUNT, OBRAL… “dan sebangsanya. Atau seperti kegembiraan seseorang yang memperoleh hadiah. Ia pasti akan sangat antusias menerimanya.

Ramadhan is a gift from Allah to us. Hadiah yang sangat berharga. Dengan adanya Ramadhan, memungkinkan kita bisa mendulang pahala lebih dari sebelas bulan lain di tahun ini. Mengapa? Karena sebagaimana dinyatakan dalam khutbah Rasulullah, nafas-nafas kita saja bisa bernilai tasbih dan tidur bernilai ibadah, apalagi jika kita bersungguh-sungguh melaksanakan ibadah.

Ada tiga ibadah yang sangat penting di bulan ramadhan ini (tanpa menyepelekan ibadah lain tentunya). Ketiga ibadah itu biasa saya singkat SQQ yaitu shiyam, qiyam, dan qur’an. Marilah kita berkaca dari Rasulullah, para sahabat, dan ulama salaf dalam menjalankan ketiga ibadah tersebut di bulan ramadhan.

1. SHIYAM
Kata Rasulullah, “Shiyam adalah setengah kesabaran.”

Shiyam juga merupakan ibadah yang bersifat rahasia. Oleh karena itu, pahalanya pun bersifat rahasia. Jauh lebih besar dari pahala-pahala lain.

”Bukankah (hakikat) puasa itu sekadar meninggalkan makan dan minum, melainkan meninggalkan perbuatan sia-sia dan kata-kata bohong.” (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah)

Menurut Imam Ghazali puasa manusia terbagi atas tiga kategori, yaitu puasa umum (awam), puasa khusus, dan puasa khusus yang dikhususkan.

Puasa umum disini adalah puasa dhohiriah, sebagaimana yang telah kita jalankan yaitu dengan menahan lapar, dahaga, juga menahan diri dari mengikuti hawa nafsu.
Puasa khusus adalah menahan pendengaran, pendangan, lisan, tangan, kaki dan seluruh anggota badan kita untuk tidak mengerjakan kemaksiatan. Misalnya menahan telinga kita untuk tidak mendengarkan kebohongan, atau menahan pandangan mata kita untuk tidak melihat hal-hal yang mendorong diri kita untuk berbuat kemaksiatan, serta menahan lisan kita untuk tidak berkata bohong pada orang lain. Berapa banyak kebohongan yang kita lakukan tanpa kita sadari baik itu bohong yang bersifat sepele maupun besar. Dan sebagainya.
Puasa khusus yang dikhususkan adalah puasa hati, yaitu puasa hati dari memperturutkan diri untuk memikirkan hal-hal duniawi, menahan diri dari untuk tetap istiqomah hanya memikirkan Allah dan selalu mengingatnya, jika mendapatkan kenikmatan maka tidak pernah lupa untuk selalu bersyukur dan jika mendapatkan musibah tidak pernah mengeluh, selain hanya berkata "sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan kepada-Nya kita akan kembali". Inilah derajat tertinggi dari puasa

2. QIYAM
Dalam khutbah rasulullah pada saat menyambut ramadhan, dikatakan bahwa ”Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, ALLAH akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain”

Di bulan ramadhan ini Allah juga memberikan suatu ibadah khusus yang tidak ada di bulan lain, yaitu shalat tarawih. “Sungguh Ramadhan adalah bulan yang diwajibkan Allah puasanya dan ku-sunnahkan sahalat malamnya. Maka barangsiapa menjalankan puasa dan shalat malam pada bulan itu karena iman dan mengharap pahala, niscaya bebas dari dosa-dosa seperti saat ketika dilahirkan ibunya.” (HR. An-Nasa’i)

Shalat tarawih di jaman salaf rata-rata membutuhkan waktu 5 jam, dan kadang-kadang semalam suntuk, yang berarti setiap satu rakaat tarawih (dari sebelas rakaat) membutuhkan waktu 40 menit. Bahkan para sahabat banyak yang shalat sambil bersandar dengan tongkat karena terlalu lamanya berdiri.

Meskipun belum bisa menyamai shalat para salafus shalih, tentunya kita berharap agar shalat kita bulanlah sekedar gerakan-gerakan tubuh dan lafadz-lafadz yang kering makna.

Untuk itulah perlu kita memberikan makna batin dalam shalat kita agar shalat kita mampu berfungsi dengan benar, yaitu:
- sebagai penghapus dosa, sebagaimana sabda Rasulullah
Dari Abu Hurairah ra, beliau berkata: "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Bagaimana pendapat kalian seandainya di depan pintu seorang dari kalian terdapat sebuah sungai. Setiap hari ia mandi lima kali di dalamnya. Apakah masih ada kotoran yang melekat di tubuhnya?" Mereka menjawab: "Tidak ada!" Rasulullah berkata: "Itulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapus semua kesalahan" (Muttafaq `Alaih).
”Dari Jabir ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : ” "Perumpamaan shalat lima waktu seperti sebuah sungai yang melimpah, yang mengalir di depan pintu rumah seorang dari kalian. Ia mandi di dalamnya setiap hari lima kali" (HR. Muslim)

- sebagai pencegah perbuatan keji dan munkar, sesuai janji Allah
”Inna shalata tanha ‘anif fakhsya’i wal mungkar”

- sebagai sarana istirahat
Dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah berkata kepada Bilal: ”Yâ Bilâl! Aqim al-shalâh wa arihnâ bihâ” (Hai Bilal! Dirikanlah shalat dan rehatkan kami dengannya)

Menurut Al-Ghazali, makna batin memiliki banyak ungkapan tetapi seluruhnya terangkum dalam enam kalimat. Yaitu: kehadiran hati, tafahhum, takzim, haibah, raja’dan haya’. Kehadiran hati ialah mengosongkan hati dari hal-hal yang tidak perlu hingga dia senantiasa sadar, tidak berpikiran liar. Tafahhum adalah paham terhadap makna. Takzim itu rasa hormat. Haibah adalah rasa takut yang bersumber dari rasa hormat. Raja’ adalah pengharapan dan haya adalah rasa malu.

Faktor penyebab kehadiran hati adalah himmah atau perhatian utama. Tafahhum berasal dari kebiasan berpikir untuk mengetahui makna. Takzim lahir dari dua makrifat (terhadap kemuliaan dan keagungan Allah dan terhadap kehinaan dan kefanaan dirinya). Haibah datang dari makrifat akan kekuasaan Allah, hukuman-Nya, pengaruh kehendak-Nya. Penyebab timbulnya raja’ adalah kelembutan Allah, kedermawanan-Nya, keluasaan nikmat-Nya, keindahan ciptaan-Nya, dan pengetahuan akan kebenaran janji-Nya. Sedang haya’ muncul melalui perasaan serbakurang sempurna dalam beribadah dan pengetahuannya akan ketidakmampuan menunaikan hak-hak Allah.

3. QURAN
”Syahru ramadhanaladzi unzila fiihil qur’an” Bulan ramdhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al Qur’an. (2:185)

Dalam khutbahnya pula Rasulullah bersabda ”Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya”

Para tabi'in dan tabi'ittabi'in, karena begitu memahami arti dari Ramadhan, bulan Al-Qur'an, dan begitu kuatnya dalam mencintai Al-Qur'an, maka bila bulan Ramadhan tiba mereka mengkhususkan diri untuk membaca Al-Qur'an seperti yang dilakukan oleh Imam Az-Zuhri dan Sufyan Ats-Tsauri. Sehingga dalam satu bulan khatam Al-Qur'an berpuluh puluh kali. Imam Qatadah umpamanya, di luar Ramadhan khatam setiap tujuh hari, di dalam Ramadhan khatam setiap tiga hari, dan di sepuluh hari terakhir khatam setiap hari.

Imam Syafi’i selalu mengkhatamkan Al Qur’an setiap malam di luar bulan ramadhan, dan di bulan ramadhan beliau dua kali mengkhatamkan qur’an dalam semalam.. Subhanallah.

Rasulullah pun pada malam-malam ramadhan senantiasa melaksanakan tilawah bersama-sama dengan jibril.

Mari kita lihat di zaman ini, adalah seorang siswa berusia 16 tahun di Amerika bernama Muhammad. Di bulan-bulan lain ia terbiasa menghabiskan akhir pekan dengan bermain basket atau sepak bola. Di bulan ramadhan ini dia berkata, ”Saya terpaksa harus rela memilih berpisah dari teman-teman yang biasa main sepak bola dan basket di akhir pekan. Aku harus memilih salah satu, maka saya lebih memilih Al-Quran. Sebab sepak bola adalah sesuatu hal musiman, tetapi Al-Quran akan menginap di rumah aku untuk selamanya,”

Berkaca dari generasi terdahulu memang terlalu ideal, tetapi jika saya memahami bahwa kita memang harus berkaca pada cermin yang benar-benar bening agar pantulannya jelas. Jika kita berkaca pada cermin yang retak atau kotor, maka akan sulit bagi kita untuk berhias.

Wallahu alam bishawab.

Labels:


baca selengkapnya..
posted by ummina daffawwaz @ 12:26 AM   0 comments
About Me

Name: ummina daffawwaz
Home:
About Me:
See my complete profile
Previous Post
Archives
Links
Template by

Blogger Templates

BLOGGER